Selasa, 07 Februari 2012

Perisai Diri (PD)



PENDIRI
Perisai Diri didirikan oleh Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmojo. Putra Raden Mas Pakoe Sudirdjo ini lahir pada tanggal 8 Januari 1913 dalam tembok Paku Alaman. Pemuda ini tumbuh sebagai pesilat, baru berumur sembilan tahun saja, silat di Keraton Paku Alaman sudah terkuasai.
Soebandiman sadar, dunia silat bukan cuma sebatas tembok keraton. Setamat HIK pada umur 16 tahun ia meninggalkan Paku Alaman demi ilmu silat.
Pemuda Soebandiman pergi menyusuri kota demi kota. Jombang, Solo, Semarang, dan Cirebon adalah tempatnya belajar silat. Ilmu kanuragan dan ilmu agama diserapnya dari pakar-pakar ilmu tersebut.
Pengalamannya berguru silat membuahkan tekad besar untuk menggabungkan dan mengolah ilmu-ilmu yang dipelajarinya itu. Berpindah guru baginya berarti mengetahui hal baru dan menambal yang kurang. Satu keyakinannya, bila sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari dengan niat baik pula, maka Tuhan akan menuntunnya mencapai cita-cita, iapun mulai meramu ilmu silat sendiri.
Silat ciptaan R.M.S. Dirdjoatmojo yang pertama disebarkan dengan membuka perguruan silat Eka Kalbu di Banyumas. Ditengah kesibukannya melatih dan membina perguruan, ia terus belajar, diantaranya berguru pada seorang suhu bangsa Tionghoa yang beraliran Siauw Liem Sie yang membuat ilmunya semakin paripurna.
Pada tahun 1954 R.M.S. Dirdjoatmodjo pindah ke Surabaya, dibantu seorang muridnya mengadakan kursus pencak silat yang menandai berdirinya Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri pada tanggal 2 Juli 1955. Teknik Silat yang diajarkan adalah gabungan berbagai teknik beladiri yang ada di Indonesia.
Kursus Perisai Diri mulai berkembang, peminatnya bukan sekedar pelajar dan mahasiswa, namun meluas ke kalangan pekerja, pegawai negeri, swasta, sampai militer. Perisai Diri-pun melebarkan sayap sampai ke Australia, Belanda, Jerman, Austria, dan Inggris. Menunjukan Silat yang satu ini mudah dipelajari oleh semua orang, segala usia, dan tingkatan ekonomi, sosial dan bangsa .
Pada tanggal 9 Mei 1983, R.M.S. Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Tongkat kepelatihan beralih pada murid-murid utamanya, para anggota pendekar. Untuk menghargai jasa-jasanya pada tahun 1986 pemerintah RI menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama untuk guru tercinta ini.


MANUSIA MENUNDUK DENGAN TANGAN MENYUSUN BERSIKAP BUNGA SEPASANG, DI ATAS BUNGA TERATAI YANG BERDAUN LIMA BERWARNA KUNING, DI BAWAHNYA DIDASARI DENGAN SAYAP PUTIH BERTULISKAN PERISAI DIRI, DI DALAM SUATU BANGUN SEGITIGA BERWARNA MERAH BERTEPIKAN WARNA KUNING.




  1. MANUSIA MENUNDUK BERSIKAP BUNGA SEPASANG bermakna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan penuh rasa tanggung jawab melaksanakan azas dan tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri.
  2. BUNGA TERATAI BERDAUN LIMA BERWARNA KUNING bermakna bahwa dalam melaksanakan tujuan, Kelatnas Indonesia Perisai Diri berazaskan Pancasila.
  3. SAYAP WARNA PUTIH BERTULISKAN PERISAI DIRI bermakna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri memiliki sikap hidup yang dinamis, selalu mempunyai tekad dan semangat untuk mengembangkan bela diri Indonesia pada umumnya dan Silat Perisai Diri khususnya, serta memelihara kelestariannya sebagai budaya bangsa.
  4. BANGUN SEGITIGA BERWARNA MERAH BERTEPIKAN WARNA KUNING bermakna:
    1. tujuan luhur/ roh suci
    2. hidup/ sukma
    3. kekuatan/ bayu
  5. WARNA MERAH PUTIH bermakna asal dan perantaraan ayah dan ibu


ARTI WARNA DAN LAMBANG PADA BENDERA PERISAI DIRI
* Warna Kuning Emas : Luhur
* Warna Hijau : Keyakinan
* Lingkaran Rantai : Kesatupaduan
* Warna Hitam : Sentosa
* Bintang Lima : Hidup, Kesenian, Keteguhan, Keikhlasan, dan Kesucian
* Warna Merah : Pantang Mundur, Bersemangat, dan Militan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar